mengasah keterampilan merajut kata menyulam cipta

Sabtu, 20 Januari 2018

Ketam Macet

Kemarin (19/01/2018) saya meminjam mesin ketam/serut (Jawa: pasah; Inggris: planer). Sampai di rumah, ketam saya coba. Steker saya colokkan ke stopkontak. Ketam saya angkat. Sakelar saya pencet, tanpa menimpakan ketam ke kayu. Terdengar bunyi gir berputar kencang, tetapi roda pisau diam tak bergerak. Sejenak kemudian keluar asap dari celah rumah katrol. Steker saya cabut dari stopkontak. Rumah katrol saya buka. Dan ... owh, fan belt-nya terbakar! Meleleh.

Guguplah saya. Jujur, saya tidak paham seluk beluk mesin ketam elektrik itu. Sebelumnya baru satu kali saya menggunakan alat serupa. Jadi, kali ini akan menjadi pengalaman yang kedua. Saya terdiam sejenak, mencoba menduga-duga apa yang terjadi pada mesin pinjaman itu. Spekulasi saya, rantai karet itu terbakar karena tidak kuat menahan beban. Gir penggeraknya terus berputar kencang, sementara poros roda pisau yang ditariknya tidak mau turut berputar.

Sembari menunggu fan belt dingin agar bisa dibersihkan, saya coba memutar roda pisau dengan tangan. Nihil. Roda tak mau berputar. Sepertinya ada yang menahan kuat-kuat. Saya kendurkan pelat depan. Roda pisau saya coba putar lagi. Belum berubah. Masih macet. Pelat saya setel lebih kendur lagi. Roda mulai mau diputar, tapi seret. Akhirnya, pelat saya lepaskan dari blok mesin. Aha, ... ketemu-lah biangnya! Rupanya lintasan pisau terhalang oleh kerak tebal yang menempel pada lengkungan pelat. Buktinya, roda pisau bisa berputar lancar ketika pelat depan itu hengkang dari posisinya.

Kerak saya coba bersihkan dengan jari jemari. Gagal. Justru kuku-kuku saya yang terkelupas ujungnya. Akhirnya saya pakai sekrap untuk mengikis timbunan limbah padat yang sudah mengeras itu. Belum bersih sempurna. Masih perlu finishing. Sikat gigi bekas pun turut berjasa. Setelah dicelup dengan bensin, bulu-bulunya berhasil menjadi senjata pamungkas. Permukaan lengkung itu pun kembali mulus.

Pelat depan ketam saya pasang kembali. Roda pisau saya putar dengan tangan. Serrr ... roda berputar mulus bagaikan tak mau berhenti. Tibalah giliran untuk membersihkan sisa-sisa lelehan fan belt yang menempel di rumah poros. Cukup digosok dengan gombal berlumur bensin ... cling! Karena hari sudah gelap, saya harus menunggu terang esok hari untuk mencari ganti fan belt yang hangus terbakar, korban keganasan kerak jahat.

-----------------------------------------

Begitulah organisasi. Organnya banyak dan beragam. Ada motor penggerak poros gir. Gir berputar menggerakkan fan belt. Secara simultan fan belt menarik gir, poros, dan roda pisau. Bilah pisau berputar mengikuti putaran rodanya dan menyerut permukaan kayu yang dilaluinya. Ada pelat belakang untuk memastikan kerataan permukaan kayu yang diketam. Ada pelat depan yang bisa diatur untuk menentukan ketebalan ketam. Ada cerobong untuk membuang serpihan kayu hasil serutan, yang ditiup oleh kipas blower. Ada gagang untuk pegangan tangan operator, yang dilengkapi dengan sakelar untuk penghubung dan pemutus arus listrik. Ada kabel daya yang dilengkapi dengan steker untuk menjemput arus listrik dari sumber dayanya. Tapi ingat, semua organ itu tidak akan berfungsi sebagai alat perata dan penghalus permukaan kayu jika tidak dirangkai menjadi satu kesatuan yang padu pada blok ketam. Nah, di situlah kita tidak boleh mengabaikan peran baut-baut pengikatnya.

Begitulah organisasi. Himpunan banyak orang bisa disebut organisasi kalau ada pengaturan peran dan fungsi tiap-tiap organ yang terlibat. Masing-masing punya kedudukan dan tugas yang berbeda, namun saling memengaruhi. Bahan, bentuk, dan matranya tidak sama dan masing-masing memerlukan tempat (kedudukan) yang memungkinkan mereka bekerja sesuai dengan kapasitasnya. Yang tidak boleh dilewatkan, organ-organ itu membutuhkan perawatan saksama agar dapat menjalankan peran dan fungsinya secara optimal.

Begitulah organisasi. Mari, belajar berorganisasi dari mesin ketam yang macet.
Share:

0 comments:

Posting Komentar

Tembe Krasa #3 (Cerkak)

Ora krasa wis kliwat Nguter. Nyumurupi plengkung “Selamat Datang” ing gapura kikis kabupatèn, kaya disengkakaké anggoné Pak Didik...

Translate

Wikipedia

Hasil penelusuran

dari Catatan Kang Gw

dari Bale Sinau

Teman Pantulkit